Masa Bodo Itu Sebuah Seni

Setelah sekian lama Gw menyendiri di Kerumunan orang orang yang sibuk sediri sediri alias bersikap bodo amat akhirnya gw menutuskan membuat blog ini ok kita mulai.

Saat kebanyakan orang membayangkan mental masa bodoh ini, mereka membayangkan sejenis kekaleman yang tidak terpengaruh apa pun, ketenangan yang mampu melewati semua badai. Mereka membayangkan dan ingin menjadi seseorang yang tidak tergoyahkan dan tidak membuat gusar siapa pun.

Ada sebutan untuk orang yang tidak punya emosi atau pemahaman untuk apa pun: psikopat. Mengapa anda ingin meniru seorang psikopat , saya tidak habis piker.

Jadi apa arti masa bodoh di sini? Mari kita lihat tiga “seni” yang dapat membantu menjernihkan perkara ini.


Seni #1: masa bodoh bukan berarti menjadi acuh tak acuh; masa bodoh berarti nyaman saat menjadi berbeda.

Mari kita jernihkan. Sama sekali tidak ada yang dapat dikagumi atau diamini dalam sikap acuh tak acuh. Orang-orang yang acuh tak acuh adalah mereka yang lemah dan ciut hatinya. Mereka tergolong “couch potatoes” (malas bergerak) dan “tukang usil” di internet. Faktanya, orang-orang yang acuh tak acuh sering berusaha untuk bersikap masa bodoh karena dalam kenyataannya mereka terlalu rewel terhadap segala sesuatu. Mereka terganggu dengan apa yang dipikirkan semua orang tentang rambut mereka, sehingga mereka tidak pernah bersusah payah mencuci atau menyisirnya. Mereka risau dengan apa yang dipikirkan setiap orang tentang ide mereka, jadi mereka bersembunyi di balik sarkasme dan kritik pedas. Mereka takut, tidak membiarkan siapa pun mendekati mereka, sehingga mereka menampilkan sosok mereka sebagai manusia yang special, unik, dengan segudang masalah yang tidak mungkin dimengerti orang lain.

Orang yang acuh tak acuh, takut terhadap dunia dan gaung pilihan mereka sendiri. Itulah alasan mereka tidak sekali pun membuat pilihan yang berarti. Mereka bersembunyi di dalam liang kelabu tanpa emosi yang mereka gali sendiri. Terserap oleh diri mereka sendiri, dan mengasihani diri sendiri, terus menerus mengalihkan perhatian mereka dari hal yang menuntut waktu dan energy mereka, yang disebut kehidupan.

Karena inilah fakta tentang kehidupan. Tidak pernah ada yang namanya masa bodoh. Anda pasti memedulikan sesuatu. Sisi biologis kita selalu peduli akan sesuatu, dan karena itu kita akan selalu memedulikan sesuatu.

Pertanyaannya, kemudian, adalah, apa yang kita pedulikan? Hal apa yang kita pilih? Dan bagaimana caranya agar kita bersikap masa bodoh terhadap hal yang memang tidak ada maknanya?

Ibu saya baru saja ditipu teman dekatnya dan kehilangan uang dalam jumlah banyak. Jika saya acuh tak acuh, saya akan mengangkat bahu, menyeruput moka, dan mengunduh serial The Wire musim berikutnya. Maaf, Bu.

Tapi, bukan itu yang saya lakukan. Saya geram. Saya naik pitam. Saya berkata, “dasar keparat kurang ajar! Lihat saja, Bu. Kita cari pengacara biar keparat itu merasakan akibatnya. Tahu mengapa? Karena saya sama sekali tidak peduli. Saya akan hancurkan sekalian hidup laki-laki itu jika memang perlu”.

Ilustrasi tersebut menggambarkan ketajaman pertama dalam seni bersikap masa bodoh ini. Ketikakta berkata, “keparat, awas, Mark Manson bersikap masa bodoh”, ini bukan berarti bahwa Mark Manson bersikap masa bodoh tentang apa pun; sebaliknya, yang dimaksud adalah bahwa Mark Manson bersikap masa bodoh terhadap kesengsaraan yang menghalangi tujuannya,dia tidak ambil pusing dengan orang-orang yang geram saat ian melakukan sesuatu yang dirasa benar atau penting atau mulia. Artinya adalah bahwa Mark Manson tipe orang yang akan menulis kisah dirinya sebagai orang ketiga hanya karena dalam pikirannya itu adalah hal yang tepat untuk dilakukan. Dia hanya masa bodoh. Itu saja.

Inilah yang patut dikagumi. Tentu saja, bukan saya yang harus anda kagumi dalam kalimat-kalimatdi atas—namun pejuangan dalam mengatasi kesulitan, kerelaan untuk menjadi berbeda, dipadang sebagai orang buangan, sampah masyarakat, semua itu ditempuh demi nilai-nilai orang itu sendiri. Kesediaan untuk menatap lekat-lekat kegagalan dan mengangkat jari tengah anda ke arahnya. Orang-orang yang tidak peduli dengan kerasnya perjuangan itu, tak peduli dengan resiko kegagalan, masa bodoh akan hal-hal yang memalukan yang mungkin terjadi. Orang-orang yang hanya tertawa, lalu kembali mengerjakan apa yang mereka yakini. Karena mereka tahu kalau itu benar. Mereka tahu kalau itu lebih penting daripada diri mereka sendiri, lebih penting daripada perasaan mereka sendiri dan kebanggaan serta ego mereka sendiri. orang-orang ini berkata, “persetan”, tidak untuk semua hal, namun untuk setiap hal yang tidak penting dalam hidup. Mereka menyimpannya untuk perkara yang sungguh penting. Teman-teman. Keluarga. Target hidup. Burritos. Dan mungkin satu atau dua gugatan hukum. Dan karena keputusan itulah, karena mereka memutuskan untuk menyimpan kepeduliannya hanya untuk hal-hal besar yang penting, sebagai balasannya orang-orang jadi peduli terhadap mereka. 

Karena berikut ini, lagi-lagi adalah fakta tentang kehidupan. Anda tidak akan bisa menjadi sosok yang penting dan mengubah hidup beberapa orang. Tanpa menjadi bahan candaan dan tertawaan bagi orang lain terlebih dahulu. Tidak akan bisa. Karena tidak ada yang sempurna. Tidak ada yang bisa menghindari kesulitan. Ada sebuah ungkapan, entah ke mana pun kamu pergi, di situlah dirimu. Hal yang sama juga berlaku untuk kesulitan dan kegagalan. Masa bodoh ke mana pun anda pergi, aka nada 300 kilogram kesulitan yang menanti anda. Dan itu tidak apa-apa. Intinya adalah bukan menghindari kesulitan. Intinya adalahmenemukan hal sulit yang bisa anda hadapi dan nikmati.


Seni #2: untuk bisa menagatakan “bodo amat” pada kesulitan, pertama-tama anda harus peduli terhadap sesuatu yang jauh lebih penting dari kesulitan.

Bayangkan anda berada di took bahan makanan, dan anda melihat seorang wanita tua berteriak kepada seorang kasir, memakinya karena tidak memperbolehkannya menggunakan kupon 3 sennya. Mengapa wanita ini mengamuk? Toh, itu cuma 3 sen.

Akan saya katakana alasannya: wanita itu mungkin tidak punya hal lain yang lebih baik untuk dilakukan setiap hari selain duduk di rumah mengguntingi kuponnya. Dia tua dan kesepian. Anak-anaknya berengsek dan tidak pernah datang berkunjung. Dia tidak pernah lagi bercinta selama lebih dari 30 tahun. Dia tidak bisa kentut tanpa merasa sangat kesakitan di punggung bagian bawahnya. Tunjangan pensiun adalah tumpuan hidup terakhirnya, dan dia kemungkinan akan meninggal dengan memakai popok dewasa sambil membayangkan dirinya berada di Candy Land.

Jadi wanita renta itu pun mengguntingi kupon-kupon tersebut. Hanya itu yang dimilikinya. Dirinya dan kupon keparatnya. Hanya itu yang penting baginya karena tidak ada hal lain yang bisa ia pedulikan. Dan begitulah, saat kasir berjerawat berusia 17 tahun itu menolak untuk menerima satu pun kuponnya, ketika si kasir berusaha melindungi mesin hitung uangnya layaknya kesatria yang melindungi keperawanan seorang gadis, jelas sekali si nenek akan benar-benar meledak. Kejengkelan selama 80 tahun akan tumpah seketika, seperti hujan es dahsyat yang mengiringi kecerewetan nenek itu tentang “Di zamanku dulu tidak seperti ini..” atau “Di zamanku dahulu, orang lebih punya tata karma.”

Alasan di balik orang-orang yang mengobral kepedulian mereka seperti es krim di perkemahan musim panas ini adalah bahwa mereka tidak punya sesuatu yang layak untuk dipedulikan.

Jika anda menyadari kalau diri anda secara konsisten memberikan porsi perhatian yang terlalu berlebihan untuk hal sepele yang membuat anda gusar—foto baru mantan pacar anda di Facebook, betapa cepat baterai remote TVanda mati, kehilangan kesempatan membeli hand sanitizer dua gratis satu—artinya, anda tidak punya sesuatu yang layak dikerjakan di hidup ini. Dan itulah masalah anda sesungguhnya. Bukan hand sanitizer. Bukan remote TV.

Saya pernah mendengar seorang seniman mengatakan bahwa ketika seseorang tidak memilliki masalah, pikiran secara otomatis akan menemukan cara untuk menciptakan suatu masalah. Saya rasa apa yang sebagian besar orang—khususnya orang kulit putih kelas menengah terdidik yang ngehe (manja—red)—anggap sebagai “masalah hidup”sesungguhnya hanya efek samping dari tidak adanya sesuatu yang lebih penting untuk dipedullikan.

Jadi menemukan sesuatu yang penting dan bermakna dalam kehidupan anda, mungkin menjadi cara yang paling produktif untuk memanfaatkan waktu dan tenaga anda. Karena jika anda tidak menemukan sesuatu yang penuh arti, perhatian anda akan tercurah untuk hal-hal yang tanpa makna dan sembrono.


Seni #3: entah anda sadari atau tidak, anda selalu memilih suatu hal untuk diperhatikan.

Orang-orang tidak dilahirkan dalam keadaan tanpa kepedulian. Faktanya, kita dilahirkan untuk risau terhadap terlalu banyak hal. Pernahkah anda melihat seorang anak kecil yang menangis karena warna biru di topinya tidak sesuai? Persis. Sungguh anak kecil yang bikin repot.

Saat kita belia, semua hal terasa baru dan seru, dan semuanya tampak begitu berarti. Karena itu, kita jadi peduli banyak hal. Kita peduli tentang setiap hal dan setiap orang—tentang apa yang dikatakan orang atas diri kita, tentang apakahcowok/cewek yang manis itu membalas telepon kita atau tidak, tentang apakah kaos kaki kita cocok atau tidak, atau apa warna balon ulang tahun kita.

Ketika kita beranjak dewasa, didukung oleh banyak pengalaman (dan setelah menyadari bahwa banyak waktu terlewat begitu saja), kita mulai memperhatikan bahwa sebagian besar hal semacam ini hanya memiliki dampak yang kecil dalam hidup kita. Orang-orang yang komentarnya sangat kita risaukan sebelumnya, tidak lagi terhitung di dalam kehidupan kita. Penolakan-penolakan yang menyakitkan yang pernah kkita rasakan, telah memberi andil yang sangat baik. Kita jadi tahu betapa kecilnya perhatian yang diberikan oleh orang lain pada detail-detail superfisial tentang diri kita, dan kita pun akhirnya memillih untuk tidak lagi menanggapi mereka terlalu serius.

Intinya, kita menjadi semakin selektif terhadap perhatian yang rela kita berikan. Inilah sesuatu yang kita sebut kedewasaan. Ini bagus; sebaiknya anda mencobanya suatu kali. Kedewasaan muncul ketika seseorang belajar untuk peduli hanya pada sesuatu yang sangat berharga. Seperti yang dikatakan Bunk Moreland kepada rekannya Detektif McNulty dalam The Wire (yang, sialnya, masih belum selesai saya unduh): “Itulah yang anda dapatkan jika mencurahkan perhatian tidak pada saatnya.”

Lalu, seiring pertambahan usia dan memasuki paruh baya, perubahan lain mulai terjadi. Energy kita mulai menurun. Identitas kita pun mulai menguat. Kita tahu siapa kita, dan kita menerimanya sepenuh hati, termasuk bagian-bagian yang sama sekali tidak membanggakan.

Dan, anehnya, ini membuat kita merasa merdeka. Kita tidak lagi perlu peduli terhadap setiap hal. Hidup berjalan apa adanya. Kita menerimanya, entah baik atau buruk. Kita menerima bahwakita tidak akan pernah menyembuhkan kanker atau pergi ke bulan atau merasakan putting Jennifer Aniston. Dan iu tidak masalah. Hidup terus berjalan. Jadi, sekarang ini kita bisa menyisihkan perhatian kita yang semakin berkurang untuk hal yang benar-benar layak dalam kehidupan kita: keluarga kita, teman-teman terbaik kita, ayunan golf kita. Dan, herannya, hal-hal itu sudah cukup membahagiakan. Penyederhanaan ini sesungguhnya membuat kita senantiasa merasa sangat bahagia. Dan kta mulai berpikir, mungkin apa yang dikatakan Bukowski, pecandu alkohol yang gila itu memang benar adanya.






Share on Google Plus

About Bloby's Blogger

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment

0 komentar:

Posting Komentar